Pejabat mudah dibeli Cina Kafir via Demokrasi
Mantan Menteri Keuangan di era Soeharto, Fuad Bawazir, Wakil Ketua DPRD DKI, Haji Lulung Langgono, dan Ketua Partai Pudi, Sri Bintang Pamungkas, dan mantan Ketua YLBHI, Munarman SH, keempatnya memberikan pandangan yang sama, bahwa kelompok Cina, sekarang memasuki tahapan ketiga, bertujuan menguasai kedaulatan politik Indonesia.
Mereka sudah menguasai ekonomi Indonesia, dan menjadikan para pejabat Indonesia sebagai “kaki tangan” mereka. Namun, bersamaan dengan usaha penguasaaan kedaulatan politik dari kalangan Cina ini, diikuti dengan tujuan strategis terhadap Indonesia, menjadikan Indonesia yang mayoritas Muslim menjadi negeri Kristiani.
Tokoh Muhammadiyah, dan mantan Ketua PAN, Amin Rais, mengatakan, bahwa belum pernah melihat, posisi sulit umat Islam, seperti sekarang, sepanjang sejarah dalam pergerakan yang dialaminya. Di mana sekarang ini, seluruh kekuatan ekonomi dan politik dikendalikan oleh Cina.
Amin, memberikan informasi “inside”, di mana pernah suatu kali rapat kabinet, berlangsung di Cikeas, menghadirkan para menteri, membahas pembangunan Indonesia Timur dan Papua, justru saat itu, tokoh yang memberikan pengarahan bukan Presiden SBY, tetapi Tomi Winata. Begitu juga saat Amin Rais diundang oleh Bareskrim memberikan “ceramah” tentang terorisme, di dalam ruangan Bareskrim itu, juga ada Tomi Winata.
Fuad Bawazir mengatakan,bahwa di negara-negara ASEAN, kelompok Cina sudah berkuasa secara ekonomi dan politik, di Thailand, Kamboja, dan Philipina. Fuad menyebutkan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, dan sekarang adiknya Yingchluk Shinawatra, juga keturunan Cina.
Di Philipina, Presiden Qory Aquino, dan digantikan anaknya Benigno Aquino, juga keturunan Cina. Singapura yang menjadi pusat “Chinese Oversease” (Cina Perantauan), di mana Lee Kuan Yew, sebagai pemimpin “Chinese Oversease”, mengendalikan kekuatan Cina di seluruh negara-negara ASEAN.
Namun, menurut Fuad Bawazir,orang-orang Cina di negara-negara ASEAN itu,mereka umumnya mengikuti agama pribumi, kecuali Indonesia yang anomali, tidak memeluk agama Islam, hanya sedikit sekali yang memeluk Islam.
Selanjutnya, Wakil Ketua DPRD DKI, Haji Lulung Langgono, bertanya mengapa Hary Tanoe, sekarang mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden? Menurut Lulung, Hary Tanoe, mempunyai tujuan strategis, yaitu ingin menguasai kedaulatan politik Indonesia.
Mereka tidak cukup menguasai ekonomi dan asset ekonomi Indonesia, tetapi mereka sekarang ingin menguasai kedaulatan pollitik.
Apalagi, sejak era “Reformasi” dengan diamandemennya Konstitusi Indonesia “UUD 45”, dan sudah tidak ada lagi kalimat, bahwa Presiden Indonesia "orang asli Indonesia”.
Kata "asli orang Indonesia" itu, sudah dihapus, dan diganti hanya dengan "warga negara Indonesia yang lahir di Indonesia, dan tidak memiliki warga negara ganda". Dengan demikian, orang-orang keturunan Cina memiliki peluang menjadi presiden Indonesia.
Maka, tidak aneh pernyataan A Hok, saat ditanya oleh wartawan, apa yang menjadi cita-citanya mendatang, dan dengan lantang A Hok, mengatakan ingin menjadi “presiden”. Jadi setiap orang-orang Cina sekarang, mereka sudah memiliki cita-cita, obsesi, dan ambisi, memimpin Indonesia, dan menjadi “presiden”.
Dengan kehidupan demokrasi, dan liberalisasi seluruh aspek kehidupan, melalui sistem yang ada, maka di masa depan tidak tertutup kemungkinan dengan kekayaan dan penguasaan asset ekonomi dan sumber daya alam Indonesia, para konglomerat, jika sekarang mereka masih mengendalikan ekonomi dan politik, berada dibalik “layar”, selanjutnya mereka akan langsung memimpin Indonesia dan menjadi “presiden”, tidak perlu lagi “centeng” pribumi.
Sementara itu, menurut mantan Ketua YLBHI, Munarwan SH, yang sekarang menjadi Ketua Bidang Hukum FPI, mengatakan, kontek penguasaan ekonomi, dan sekarang ini menuju penguasaan politik, bukan etnis Cinanya.
Tetapi, Munarman, adalah kekufurannya. Kalau Cina Muslim, akan terikat dengan ke-Muslimannya. Memang, ada Cina Muslim, tetapi jumlahnya sangat sedikit di Indonesia, dan mereka “kecil-kecil”, bukan konglomerat, ucap Munarman, saat ditemui voa-islam.com, dikantornya di Tanah Abang, Jakarta Pusat. Jadi, menurut Munarman, prinsip dasarnya bukan Cinanya, tetapi kekufurannya.
"Cina kafir bisa menguasai Indonesia, karena pakai sistem riba, dan mendapatkan kemudahan akses politik. Cara kerja mereka dalam berbisnis, berpolitik itu yang harus dihentikan", tegas Munarman.
Orang Cina, cara menguasai ekonomi dan politik itu, mereka memiliki cara dengan “membeli” (sogok dan suap) terhadap kalangan pejabat dan penguasa, dan umumnya orang-orang Islam. Seperti banyak pejabat, pemimpin partai, dan gerakan Islam yang bisa “dibeli” oleh orang Cina.
Inilah yang menyebabkan mengapa orang Cina mudah menguasai Indonesia. Karena, para pejabatnya, pemimpinnya, dan tokoh-tokohnya, mudah “dibeli” oleh orang Cina.
Ditambah sikap hidup orang Cina yang suka “membeli” itu, didukung oleh sistem yang ada, yaitu demokrasi. Orang-orang Cina mudah membeli kekuasaan dan penguasa, di mana para penguasa itu, Muslim. Umat Islam sekarang di doktrin habis, melalui ideologi demokrasi, dan hak-hak asasi manusia, dan pengakuan pluralitas dan toleransi secara mutlak, sehingga menjadi larut, dan tidak lagi memiliki keyakinan terhadap Islam.
Para pejabat Muslim tidak ada amanah dan jujur, menggunakan jabatan dan kekuasaannya, tapi hanya untuk kepentingan pribadi, dan menikmati jabatannya memperkaya diri mereka. Kemudian, menyebabkan terjadinya “perselingkuhan” antara para pelaku bisnis dan pemilik kekuasaan. Itulah yang berlangsung sejak zaman Seoharto sampai hari ini. Dampaknya, rakyat kecil semakin sengsara dan bertambah miskin.
Jika orang-orang Cina sudah berkuasa dan memegang kekuasaan atau memegang kedaulatan politik, maka mereka tidak perlu membayar para pejabat atau menyogok kepada pejabat Muslim, tapi langsung mereka kuasai. Begitu pula, sistem ekonomi, menurut Munarman, yang memiliki uang dan kapital itulah yang akan menguasai politik atau kekuasaan.
Sekarang sebagian besar calon anggota legislatif, bupati, gubernur, walikota, dan menteri, calon presiden, dan wakil presiden, semua memerlukan modal kampanye pemilihan, dan uang berada di tangan konglomerat Cina. Maka, tak aneh kalau sekarang Muslim dan pribumi bergantung kepada Cina.
Menurut Munarman, mereka kalangan Cina sekarang sudah 'running' (lari), mengejar kekuasaan, meskipun tahun 2014, baru uji coba, mengukur bagaimana sikap dan kecenderungan masyarakat Indonesia.
Mereka sudah 'running' sejak awal reformasi, dan sejak sistem liberal dijalankan di Indonesia, seperti kotak pandora, dibuka lebar-lebar bagi kalangan Cina, yang sudah menguasai ekononmi Indonesia, lari menuju kekuasaan. Mereka berpindah dari penguasaan ekonomi, ke penguasaan politik.
Sejatinya, menurut Munarman, ilusi tentang demokrasi, yang memabukkan bangsa Indonesia, seakan demokrasi membebaskan apa saja, dan siapa saja. Tetapi, semua itu hanyalah palsu dan manipulasi belaka, khususnya bagi rakyat.
Lihat saja bagaimana mereka dengan menguasai dua belas jaringan telivisi dan surat kabar, mereka dengan mudah memanipulasi rakyat di seluruh wilayah Indonesia. Mengubah cara berpikir, prinsip berpikir, dan bahkan keyakinan rakyat. Opini yang terus-menerus dibangun melalui media, akhirnya dapat mengubah semua pandangan hidup rakyat Indonesia.
Seperti iklan yang disajikan oleh Partai Hanura, dan tiada henti terus mengkampanyekan “Win-HT”, seakan-akan begitu mulianya kalau melihat iklan di telivisi, tentang “Wiranto-Hary Tanoe”, yang memiliki kepedulian yang sangat luar biasa terhadap nasib rakyat kecil, dan orang-orang yang lemah. Apakah yang ada dalam iklan telivisi, nantinya akan menjadi kenyataan, pasca kampanye? Semua itu hanyalah iklan yang menipu belaka, tidak lebih dari itu.
Kekuatan Cina di Indonesia yang afiliasi agamanya kepada Kristen dan Katolik itu, menurut Munarman tidak akan membuat Muslim Indonesia langsung murtad dari agamanya, tapi umat Islam dibuat menjadi “longgar” terhadap aqidahnya, dan tidak memiliki lagi “ghirah”, sehingga mereka akan sangat mudah menerima alias “well come” terhadap agama musyrik dan ideologi sekuler, serta memberikan tempat bagi orang Cina, menguasai dan menjajah kaum pribimi dan Indonesia. Wallahu'alam.
artikel ini sejalan dengan link berikut:
>>jasmev-bayaran-konglomerat-cina-pembela
Semakin lama Orang-orang cina memang semakin merajalela ya Mas, bahkan mereka dengan secara tidak langsung menjadi penjajah di egeri Kita :D
ReplyDelete